Senin, 14 April 2014

bahan TEFL

Pengertian metode pembelajaran menurut Sudjana (1989: 30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194)

Macam-macam metode pembelajaran:
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah dilaksanakan.
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan Metode Ceramah
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
 Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

2. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

3. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.
 Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

4. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

5. METODE LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

6. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

7. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000.

8. NUMBERED HEAD TOGETHER ((KEPALA BERNOMOR)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
SPENCER KAGAN, 1992

9. COOPERTIVE SCRIPT
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup
DANSEREAU CS., 1985

10. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan

11. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978

12. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

13. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

14. MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup

15. THINK PAIR AND SHARE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup
(FRANK LYMAN, 1985)

16. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

17. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

18. TEBAK  KATA
Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

19. METODE KARYA WISATA
adalah metode pembelajaran dengan cara mengunjungi suatu objek tertentu, misal museum, pabrik , dsb
 Keunggulan
a. mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat
b. menghayati pengalaman baru dengan turut dalam kegiatan
c. menjawab masalah dengan melihat, mendengarkan dan membuktikan
d. memperoleh informasi dengan wawancara
e. mempelajari sesuatu dengan integral dan komprehensif
 Kelemahan
a. memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
b. memerlukan pengawasanyang lebih dekat
c. tidak selalu murah

20. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup

21. METODE DEBAT
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

22. METODE ROLE PLAYING
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

23. METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

24. PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

25. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

26. PICTURE AND PICTURE
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

27. NUMBERED HEADS TOGETHER
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

28. METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

29. METODE JIGSAW
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
FRANK LYMAN, 1985

30. METODE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

FRANK LYMAN, 1985
RINGKASAN BAB 1 SOSIOLINGUISTIK
Sosiolinguistik diartikan sebagai sebuah studi terhadap bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Sejak 1978 soisolinguistk telah menjadi sebuah studi di tingkat universitas dalam bagian” linguistic atau kebahasaan”  dan menjadi sebuah titik bagi peningkatan dalam studi kebahasaan, dalam sudut pandang pengajaran dan penelitian.
Titik puncak dari peningkatan studi sosiolinguistik terjadi pada tahun 1960an and awal 1970an. Sosiolinguistik merupakan sebuah topik yang terdiri dari empiris dan teoritis. Pendekatan “armchair” terhadap sosisolinguistik agaknya cukup produktif, baik itu berdasarkan fakta yang dikumpulkan secara sistematis sebagai bagian dari penelitian ataupun hanya berdasarkan pengalaman pribadi. Dan menjadi sebuah awal dari rancangan analitis, dimana didalamnya terkandung istilah istilah seperti BAHASA ( rangkaian pengetahuan atau peraturan), PEMBICARA, PENDENGAR, TOPIK dan lain lainnya.
Pengalaman pribadi merupakan sumber yang kaya akan informasi tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat, namun demikian, cukup jelas kedepannya dimana ada dua alasan pendekatan Armchair akan cukup berbahaya jika di lekatkan hanya pada pengalaman pribadi saja. Yang pertama, kita bisa saja melakukan kesalahan yang cukup serius dalam menginterpresentasikan pengalaman pribadi kita , dikarenakan kita tidak sadar akan besarnya tingkat variasi dalam pembicaran yang kita dengar dan  reaksi terhadapnya dalam kehidupan kita sehari hari, dan yang kedua yaitu pengalaman pribadi sangat terbatas dasarnya untuk mengeneralisasi tentang bahasa dalam masyarakat dikarenakan pengalaman pribadi tidak memperhitungkan masyarakat lain nya, dimana hal hal tersebut tersusun dengan sangat berbeda.
Ketertarikan terhadap sosiolinguistik berkembang secara pesat dikarenakan oleh penelitian empiris yang dilakukan secara sistematis.
Ketertarikan akan sosiolinguitik datang dari para ilmuwan yang mempunyai perhatian terhadap bahasa lebih dari sekedar keinginan untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana sosiolinguistik tersebut bekerja.
Sosiolinguistik dan Linguistik
Perbedaan antara sosiolinguistik dan linguistic menurut  pemahaman  umum ialah dimana linguistic hanya mendalami struktur bahasa, sedangkan untuk hal diluar itu yang berhubungan dengan social, maka sosiolinguistik berperan disana.
Tugas ahli linguistic dalam pemahaman ini adalah untuk mendalami bagaimana aturan sebuah bahasa itu bekerja dan sosiolinguist berperan dalam mempelajari bagaimana bagian bagian dari aturan sebuah bahasa melakukan kontak dengan masyarakat seperti bagaimana masyarakat mengungkapkan ide yang sama dengan cara yang berbeda berdasarkan kelompok social.
Ada beberapa pihak yang menolak pandangan diatas, menurut mereka, cara bericara adalah sikap social, mempelajari bahasa tanpa merujuk ke masyarakat tersebut sama dengan mempelajari sikap sebuah hubungan pertemanan tanpa menghubungkan sikap satu orang dengan lawannya tersebut.
Sosiolinguistik dan sosiologi bahasa
Sebagaimana kita ketahui bahwa sosiolinguistik adalah sebuah kajian bahasa dalam hubungannya dengan masayarakat, sedangkan kajian masyarakat dalam hubungannya dengan bahasa di sebut sosiologi bahasa.
Perbedaan kedua nya terletak apakah seorang invesitigator tersebut lebih tertarik kepada bahasa atau masyarakatnya, dan juga apakah yang bersangkutan memiliki keahlian lebih di bidang analisa bahasa atau masyarakat.
Terdapat tumpang tindih pemahaman diantara keduanya, dan jika kita coba membaginya maka tidak akan pernah berakhir dan lebih jelas ketimbang yang telah di simpulkan sekarang.
Phenomena Sosiolinguistik
Sebuah Dunia Imajinasi
Seandainya kita melakukan imajinasi mengenai sebuah bahasa dan masyarakatnya. Dimana  masyarakat ini terikat dengan sebuah batasan batasan, yang mana tujuan dari membuat model ini yaitu untuk memberikan garansi dimana tidak ada anggota masyarakat lainnya yang masuk ke dalam komunitas ini,  dan juga masayarakat ini tidak pernah meninggalkan komunitasnya dan juga mengambil bahasa masyarakat lainnya. Mereka mempunyai pengetahuan tentang konstruksi bahasa, kata – kata yang sama, jikapun ada masalah yang muncul bias jadi muncul dari anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dimana masih tetap bias dbedakan dengan masyarakat umunya, dan juga kita bisa menjelaskan yang mana yang terjadi pada anak tersebut lebih merujuk ke psychology ketimbang sosiologi, dimana anak tersebut sedang dalam proses pemerolehan bahasa. Akan tetapi ketika para orang tua meninggal semua, maka anak anak yang baru tumbuh, akan ada perbedaan dari bahasa yang di gunakan, maka dapat kita smpulkan bahwa dalam duani imajinasipun perbedaan bahasa itu tetap akan terjadi.
Dengan demikian kita dapat melihat yang mana tidak ada hubungan antara budaya yang di dalilkan masyarakat dengan makna dari sebuah bahasa yang ada dalam masyarakat tersebut.
Dunia nyata namun eksotis
sebuah keunikan terjadi di wilayah Amazon, sebagaimana dijelaskan oleh Sorensen (1971) dan Jackson (1974), dimana setengah dari daerah tersebut adalah wilayah brazil dan stengahnya lagi wilayah kolumbia. Ada sebuah bahasa yang digunakan disana yaitu bahasa Tukano yang kemudian dianggap sebagai bahasa pengubung ( lingua franca).
 Di wilayah ini di diami sekitar 10 000 penduduk dan kebanyakan dari mereka adalah keturunan asli Indian, wilayah ini terbagi atas lebih dari 20 suk, dan terbagi atas 5 “ phratries” ( kelompok suku yang mempunyai hubungan). Ada dua hal yang krusial terjadi disini, yang pertama setiap suku berbicara dengan bahasa yang berbeda yang suku lainnya yang tidak bisa memahami satu sama lainnya, dan untuk membedakan setiap suku tersebut yaitu dengan bahasa yang mereka gunakan. Fakta kedua adalah ke lima Phratries tersebut exogamous( laki laki tidak boleh menikah dengan perempuan dari suku yang sama). Dan perempuan yang dinikahi harus berbicara bahasa suaminya.
Fakta yang ketiga, pernikahan adalah patrilocal ( istri harus tinggal di tempat suami) dan juga harus menggunakan bahasa suami dalam berkomunikasi dengan anak anak mereka. Konsekuensi linguistic dari fenomena ini adalah si istri tidak mengajarkan bahasa nya akan tetapi bahasa suaminya.
Jadi ada semacam pertanyaan yang muncul akan hubungan bahasa dengan masyarakat seperti ini.
Siapa penutur asli bahasa tersebut dan bagaimana bahasa digunakan dalam interaksi social, contoh nya ketika seseorang melakukan perjalanan atau ketika mereka bertamu ke suku yang lainnya.
Dunia nyata dan akrab dengan kita
Penyesuaian dan individualisme
Dalam bab ini dijelaskan bahwa dalam sebuah masyarakat, sosoiologi dan sosiolinguistik adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam segala aktivitas yang dilakukannya, jika salah satu hal tersebut dikesampingkan maka kita akan kehilangan jati dirinya ketika melakukan komunikasi dan tindak tanduk lainnya.
Komunikasi individu sangatlah penting dalam konsep sosiolinguistik, tanpa kita ketahui  sejauh mana individu tersebut berkomunikasi dan berinteraksi, maka kita tidak akan mampu memahami sikap dari individu tersebut.
Salah satu hal penting lainnya mengapa perlu adanya focus individu dalam hal sosisolinguistik yaitu kita bisa memastikan bahwa tidak ada dua individu yang bahasanya sama, karena keduanya mendapatkan pengalaman yang berbeda terhadap bahasa. Perbedaan tersebut bisa saja dalam hal kecil.
Keunikan masa lalu sosiolinguistik dari setiap orang itu bukanlah  satu satunya asal dari perbedaan yang ada. Model tertentu yang dia bangun akan menggambarkan pengalaman pribadi dia, orang dengan latar belakang sosiolinguistik yang berbeda akan cenderung untuk membangun sebuah model yang berbeda sesuai dengan latar belakangnya namun relevan terhadap bahasa dan masyarakat di sekitarnya.
Manusia bukanya sebuah model otomatis yang pengalaman lampaunya akan terefleksi secara menyeluruh, akan tetapi manusia mempunyai filter yang menyaring pengalaman baru melalui model yang telah ada dalam dirinya. Dalam melakukan komunikasi dengan kelompok lainnya, seseorang tersebut cenderung melakukan cara komunikasi yang mewakili salah satu kelopok masyarakat, atau disebut Act of Identity.
Perkembangan Sosiolinguistik pada Anak
Dalam bab ini dijelaskan tentang keunikan perkembangan tata bahasa, sejumlah generalisasi di lakukan dalam tahapan tahapan oleh anak anak  dalam perkembangan sosiolinguistk.
Dalam hal generalisasi linguistic model, anak anak mengikuti pola pola tertentu. Pertama orang tua, kawan sejawat dan kemudian orang dewasa.
William Labov mengatakan bahwa pola yang di ikuti oleh anak anak adalah : orang tuanya menjadi model hingga mereka berumur 3 atau 4 tahun, setelahnya kawan sejawat akan menggantikan model yang dia ikuti hingga dia berumur sekitar 13 tahun, dan setelahnya dia akan mencoba mencari model dari orang dewasa.
Ada satu fenomena menarik sebagaimana di jelaskan oleh (Hocket 1950), yang disebut Age Grading ( Tingkatan Umur), dimana ditemukan di banyak masyarakat, bentuk bentuk linguistic yang digunakan oleh anak anak dalam lingkungan kawan kawannya dan diteruskan ke generasi anak anak lainnya namun tidak digunakan oleh orang dewasa.
Kebanyakan dari kita belajar budaya kebahasaan seperti nyanyian anak anak, puisi, lagu dan lainnya yang mungkin telah kita lupakan sekarang dan tidak kita digunakan di masa remaja kita. Akan tetapi sebagian ahli menegaskan bahwa yang terjadi tersebut menjadi dasar orientasi anak anak yang kemudian menjadi dasar bagi bahasa remaja, walaupun kemudian tidak digunakan lagi oleh mereka.
Gambaran diatas hanya merujuk ke model dimana anak tersebut mengadopsi bahasa secara normal, namun pada saat yang sama dia membangun multi dimensi model dari dia sendiri, yang menyeseuaikan kedalam semua jenis bahasa yang berbeda, termasuk pengalaman bahasa sebagaimana di gunakan orang tuanya, walaupun dia tidak menggunakan bahasa tersebut oleh dia sendiri.Sumber penting lainnya yang sangat berpengaruh pada saat ini adalah media massa, khususnya televisi
Dari semua hal diatas dapat disimpulkan bahwa ad. Hunungan yang sangat besar antara bahasa dan masyarakat














lsosiolinguistik

Ringkasan chapeter 2 dan 3 sosiolinguistik

Pemilihan bahasa dalam masyrakat multibahasa
Dalam pemilihan jenis bahasa sangat tergantung pada factor social, seperti dengan sapa kita berbicara, kontek social apa yang dbicarakan, fungsi dan topic dari percakapan. Dari contoh Kalala kita dapat melihat bagaimana dia menggunakan bahasa Shi sebagai bahasa sukunya dan formal Shi untuk kegiatan perkawinan dan pemakaman.sementara untuk melakukan komunikasi antar suku dia menggunakan bahasa Swahili sebagai bahasa lngua franca, disini Swahili berfungsi sebagai bahasa formal yang diajarkan di sekolah, sementara untuk berkomunikasi di pasar dia menggunakan swhili yang sedikit berbeda, bahkan nama bahsanya juga berubah menjadi bahasa kingwana. Sedangkan untuk bahasa antar sejawat atau slang mereka menggunakan bahasa indoubi, yang berasal dari Swahili tetapi sudah dikembangkan berdasarkan kode atu variasi yang dipengaruhi oleh beberapa bahasa seperti inggris, itali dan perancis.
Domain penggunaan bahasa
Domain adalah konsep yang sangat umum yang memnggambarkan proses pemilihan bahasa berdasarkan  tiga factor social , partisipan, setting dan topic. Domain sangat penting untuk mendapatkan generalisasi luas tentang bahasa masayarakt, dengan menggunakan informasi tentang penggunaan domain dalam sebuah masayarakat akan memungkinkan untuk menggmabrkan ketentuan 2 penggunaan bahasa masyarakat.
Domain penggunaan bahasa dapat kita lihat di contoh bagaimana Anahina menggunakan dua bahasa nya, di rumah dia menggunakan bahasa tongan dengan keluarga secara ekslusif untuk jenis topic yang luas, bahasa tongan ini digunakan sebagai bahasa keluarga saat makan bersama, dalam kontek ini, hal yang dibahas biasanya rencana keluarga, apasaja kegiatannya dan kegiatan social tongan, sementara ketika dia berbivcara dengan saudaranya dia menggunakan tongan dengan campuran beberapa kata bahasa inggris, ketika mereka membicarakan masalah sekolah atau pekerjaan rumah nya.
Factor social lainnya yang mempengaruhi pemilhan bahasa
Seseoarang mungkin memilih satu bahasa karena bahasa tersebut lebih mudah untuk membicarakan hal khusus, tanpe memperhatikan dimana mereka melukan komunikasi.penggunaan bahasa lebih dipengaruhi oleh domain sebagaimana di gambarkan diatas ketimbang domain bahasa keluarga, contoh lainnya adlah, untuk membahas masalah tertentu ada bahasa terentu yang lebih nyaman digunakan ketimbang bahasa lainnya. Ketika dua orang berkomunikasi dengan menggunakan lebih dari satu bahasa, maka factor lainnya berkontribusi dalam pemilihan bahasa yang tepat. Dan juga status hubungan antara pelaku komunikasi sangat berpengaruh dlaam pemilihan jenis bahasa yang tepat. Seperti guru dengan murid, dokter dengan pasien dll. Cirri cirri seting dan dimensi formalitas juga sangat penting dalam memilih bahasa yang tepat.
Factor relevan lainnya yang mempengaruhi bahasa apa yang akan digunakan adalah fungsi atau tujuan dari interaksi tersebut. Contohnya, bagaimana seseorang member perintah atau member saran.
Diglosia 
Diglosia adalah sebuh fenomena kebahasaan dimana seseorang menggunakan dua bahasa atau 2 variasi bahasa, yang mana satu variasi menjadi lebih formal dari satu hahasa yang lainnya.
Ada tiga cirri- cirri penting dari diglosia.
1.      Dua variasi yang berbeda dari bahasa yang sama yang digunakan dalam masyarakat, yang mana satu dianggap lebih tinggi posisinya dan satu lagi lebih rendah
2.      Setiap variasi digunakan untuk fungsinyang berbeda, yangmana antara yang H dan L saling melengkapi.
3.      Tidak ada yang menggunakan satu variasi saja dalam komunikasi keseharian.
Ada beberapa kharakteristik dari variasi kebahasaan ini, antara lain, kedua variasi bahasa tersebut mempunyai hubungan secara linguistic, ada hubungan yang lebh dekat dalam beberapa hal, tingkat perbedaan pengucapan juga bervariasi dari satu tempat ketempat yang lainnya. Sedangkan dalam hal perbendaharaan kata, kebanyakan sama namun dkarenakan satu variasi lebih formal, maka variasi formal tersebut termasuk juga kata kata tehnis.
Sikap terhadp variasi bahasa yang tinggi dan rendah dalam situasi diglosia.
masyarakat lebih kagum terhadap bahasa yang lebih tinggi posisinya walaupun mereka kadang tidak mengerti bahasa tersebut. Dan juga lebih di hormati. Variasi yang lebih tinggi digambarkan sebagai variasi yang sudah standard dan sudah teratur. Sedangkan untuk variasi yang lebih rendah, sikap masayarakat cenderungbervariasi dan bahkan sering bertentangan.
Poliglosia
Polyglot adalah situasi dimana sebuah masyarakat secara regular menggunakan lebih dari dua bahasa/ variasi bhsa. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi Oi Lin, dimana dia menggunakan 3 bahasa, mandarin, Canton dan Inggris, bahasa kanton digunakan dalam konteks keluarga dia menggunakan bahasa kanton, sementara di sekolah dan dengan teman temannya dia menggunakan bahasa mandarin dan dalam konteks pekerjaan dia menggunakan bahasa inggris singapura. Namun lain hal nya dengan kondisi yang terjadi di Selandia Baru, dimana dalam keseharian masyarakat disana menggunakan variasi bahasa maori yang lebih rendah dalam berkomunikasi dengan teman dan keluarga, sedangkan formal maori mereka gunakan dalam konteks upacara atau dalam acara formal dan bahasa inggris sebagai bahasa dengan variasi tinggi yang digunakan di sekolah, pemerntahan dan pengadilan.
Perubahan dalam siatusi diglosia
Walaupun diglosia adalah sebuah situasi kebahasaan yang stabil, akan tetapi ada juga kejadian dimana sebuah bahasa tergantikan dengan bahasa lannya secara perlahan, hal ini tejadi pada bahasa latin dimana bahasa latin yang pada saat itu sebagai variasi tinggi tergantikan dengan bahasa perancis dengan terjadinya control terhadap wilayah normandi. Sementara pada sat itu bahasa inggris sebagai bahasa petani. Situasi lainnya terjadi di Yunani ( bahasa Dhimotiki sebagai bahasa yang lebih rendah, sedangkan Katrarevousa sebagai bahasa yang lebih tinggi), pada tahun 1901 dimana perjanjian baru di terbitkan dalam bahasa Dhimotiki, banyak orang merasa sangat tidak cocok  dalam kontek yang sangat serius tersebut, hal ini terjadi karenaka adanya pengaruh politis. Pertamanya, Katharevousa sebagai bahasa resmi ketika wilayah tersebut di bawah pemerintahan militer, namun dengan adanya peralihan ke people power, maka Dimothiki diangkat sebagai bahasa resmi oleh pemerintah demokratik.
Code switching dan Code Mixing
Orang kadang kadang mengganti bahasa dalam domain atau sistuasi social, ketika ada perubahan yang jelas pada situasi tertentu. Seperti hadirnya orang yang baru. Seorang pembicara bisa saja mengubah bahasa atau variasi bahasanya sebagai ciri anggota kelompok dan berbagi nila etnis dengan lawan bicaranya. Bahkan bagi pembicara yang tidak begitu lancer dalam berbahasa kedua, dapat menggunakan ungkapan yang jelas untuk mengatakan tujuannya. Contoh nya yaitu: orang skotland dari dataran tinggi yang tidak begitu fasih berbahasa Gaelik, namun dapat mengungkapkan identitas mereka menggunakan gaya bahasa komunitas  lokal Gaelik dengan memakai Gaelik Tags dan ungkapan ungkapan yang diselingi dengan bahasa inggris.
Salah satu yang memotivasi pergantian bahasa adalah identitas  dan hubungan antara pembicara, dan juga dapat menggambarkan perubahan dalm dimensi yang lain seperti status hubungan antara masyarakat atau formalitas dari interaksi mereka.
Pada contoh ke 10, kita dapat melihat bahwa pergantian bahasa dikarenakan adanya perubahan secara simbolik ke konteks hubungan antara 2 orang pria. Mereka merubah bhasa didasari pada hubungan mereka sebagai tetangga ke kontek hubungan antara birokrat dan anggota masyaarakat.
Hal lainnya yang membuat terjadinya pergantian sebuah bahasa adalah topic yang dibicarakan, para pengguna dua bahsa merasakan lebih mudah dalam berdiskusi tentang menggunakan topic tertentu dengan menggunakan bahasa yang tertentu. Contohnya para pasangan jepang yang tinggal di amerka akibat perang, akan lebih mudah menggunakan bahasa jepang ketika mereka membicarakan hal hal yang berhubungan dengan jepasng, seperti Ikan dan Tahun Baru. Mahasiswa Cina yang tinggal dalam satu apartment  di Negara berbahasa inggris cenderung menggunakan bahasa kanton ketika mereka berkomunikasi, kecuali saat merka membahas tentang studi mereka, maka mereka menggantinya ke bahasa inggris, ini terjadi dikarenakan mereka telah mempelajari kosa kata dari ekonomi atau linguistic. Kadang kadang mereka tidek mengetahui kata kata untuk Kapital Formasi atau lainnya dalam bahasa Kanton.
Penggantian bahasa juga dapat bertujuan supaya fungsi komunikasi menajdi lebih efektif, dimana seseorang akan menggunakan bahasa yang lebih atraktif ketimbang referensial, dan juga dapat membuat sebuah hal menjadi lebih berefek retorik yang menarik.
Salah satu fenomena dalam perubahan bahasa adalah perubahan metaphor, dimana seseorang akan menggunakan sebuah bahasa yang menunjukkan dia adalah bagian dari komunitas tersebut, akan tetapi dia juga akan menggunakan bhasa yang membuatnya nyaman dalam membahas topic tertentu yang sedang dibicarakan, contohnya, bagaimana seorang pebisnis di papua nugini berkomunikasi dengan masyarakat disana untuk menyakinkan mereka dalam berinvestasi dengan cara menabung di tabungan desa.setiap bahasa yang digunakannya mewakili arti social. Penggantian bahasa secara telaten juga memperkaya komunikasi yang dilakukan.